Menakar Peran Guru (Sebuah refleksi )

Oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk, Biarawan

Dengan demikian, mendidik berarti kegiatan integratif olah pikir (literasi dan numerasi), olah hati (etika), olah rasa (estetika) dan olah raga (kinestetik). Ingatlah pula, bahwa sekolah itu lembaga atau institusi pendidikkan, dan bukan lembaga atau institusi pengajaran. Oleh karena itu, perbuatan mendidik itu yang pertama dan yang utama, dan di saat yang sama terjadi perbuatan mengajar. Namun, fakta berbicara para pendidik (guru) fokus pada mengajar, dan terkadang mengabaikan unsur mendidik.   Jadilah pribadi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga baik hati, karena itulah yang akan membuat dunia kita lebih baik.” Dan hal itu, dimulai dari diri guru melalui keteladanan dan pembiasaan yang baik. Ingat ungkapan latin ini: “verba moven, exempla trahunt”, yang artinya kata-kata menggerakan, namun teladan hidup lebih menarik. Atau “verba docent, exempla trahunt”, yang artinya: kata-kata mengajarkan, namun teladan hidup lebih memikat. Dan banyak kali, guru mengabaikan peran utama ini. Padahal tugas utamanya adalah mendidik, bsru mengajar. Namun, dalam praktiknya dibalik, mengajar yang diutamakan, atau menjadi fokus utama, dan mengesampingkan mendidik. Akibatnya, hasil pendidikkan kita, melahirkan peserta didik yang pintar, pandai, namun karakternya kurang baik.

BACA JUGA:
Presisi Jenderal Listyo itu Orasi pada Martabat Manusia
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More