Mempertanyakan Aktualisasi Mater Et Magistra dalam Konflik Geotermal di Poco Leok

Paus Fransiskus dalam Laudato Si’ (2015) menekankan konsep ekologi integral: krisis ekologis selalu terkait dengan krisis sosial. Kerusakan alam berdampak paling berat pada kaum miskin. Dalam terang ini, geothermal tidak bisa hanya dilihat sebagai energi bersih untuk melawan krisis iklim. Harus dipertanyakan: apakah cara pelaksanaannya sungguh adil? Apakah masyarakat lokal ikut sejahtera atau justru menderita? Apakah relasi mereka dengan tanah dihargai, ataukah dihancurkan demi kepentingan global? Etika pembangunan menuntut keseimbangan antara harapan dan luka. Geothermal memberi harapan energi bersih, tetapi juga bisa menghadirkan luka sosial dan ekologis. Pembangunan sejati bukan hanya soal listrik yang dihasilkan, tetapi juga soal kehidupan manusia yang dipelihara.

Dalam situasi ini, Gereja dipanggil untuk menghidupi dimensi profetisnya. Seperti para nabi dalam Perjanjian Lama yang bersuara melawan ketidakadilan, Gereja juga harus berani berkata tidak kepada pembangunan yang merendahkan martabat umat. Nabi Amos pernah mengecam mereka yang “menjual orang benar karena uang dan orang miskin karena sepasang kasut.” Kata-kata ini relevan di Poco Leok, di mana masyarakat kecil berisiko dikorbankan atas nama proyek energi.Tugas Gereja bukan hanya menengahi, tetapi bersikap. Sebagai ibu, Gereja harus mendengar jeritan umatnya. Sebagai guru, Gereja harus memberi panduan moral yang jelas. Sebagai nabi, Gereja harus berani bersuara melawan ketidakadilan, meskipun itu berarti berhadapan dengan negara atau korporasi.

Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More