
Mempertanyakan Aktualisasi Mater Et Magistra dalam Konflik Geotermal di Poco Leok
Di lereng-lereng hijau Manggarai, Nusa Tenggara Timur, terdapat sebuah wilayah yang belakangan menjadi simbol tarik-menarik kepentingan antara negara, korporasi, masyarakat adat, dan Gereja: Poco Leok. Bagi masyarakat adat setempat, Poco Leok bukan sekadar lokasi geografis, melainkan tanah rahim kehidupan. Di situlah bersemayam leluhur, di situlah tumbuh ladang yang memberi pangan, di situlah mengalir air yang menjadi sumber kehidupan, dan di situlah pula identitas komunitas ditenun lintas generasi.
Namun, tanah yang selama ini dianggap keramat itu kini menjadi medan konflik, karena pemerintah bersama perusahaan energi hendak mengubahnya menjadi pusat proyek panas bumi (geothermal). Pemerintah memandang Poco Leok dengan kacamata kebijakan energi nasional. Indonesia, yang tengah menghadapi krisis energi dan tekanan global untuk beralih ke energi bersih, melihat geothermal sebagai solusi strategis. Panas bumi dipandang sebagai energi hijau, ramah lingkungan, sekaligus potensi besar untuk menyokong transisi energi.