Menurut pandangan penulis, setelah mencermati isi bacaan kitab suci Injil Yohanes Bab 2: 10, menekankan makna pesta perkawinan di Kana bagi kalangan pasutri dalam rangka memperingati hari perkawinan sedunia, Minggu, 13 Pebruari 2022 ini, untuk menyampaikan sebuah pesan moral di tengah situasi pergolakan hidup keluarga yang tidak lagi pandai dan piawai mempertahankan manisnya sebuah hubungan suami isteri(pasutri) sebagai sebuah sakramen suci. Akhirnya, seperti di dalam kehidupan rumah tangga Katolik sudah banyak kehilangan rasa anggur manis dan seolah olah menyimpan sejumlah tempayan, “wadah anggur asam” di tengah perjalanan hidup sebuah keluarga Katolik. Adapun anggur asam yang disimpan, yaitu pisah ranjang, perselingkuhan, pertikaian, kehadiran pihak ketiga, dan berakhir dengan perceraian.
Sudah pasti, dalam kehidupan rumah tangga yang tidak harmonis, diawali oleh saling curiga, kekerasan dalam rumah, dan sebab lainnya. Sudah tidak lagi menunjukkan rasa harmonisasi dalam sebuah wadah yang penuh dengan anggur manis demi kemuliaan keluarga dan kemuliaan Tuhan sendiri. Namun, telah diganti dengan tempayan atau wadah yang penuh dengan anggur berasa asam. Berdasarkan rilis artikel tesis ilmiah dari penelitian yang dilakukan pada pasangan suami isteri di kota Bandung; mengungkapkan, ada lima faktor yang menimbulkan masalah gangguan kesetiaan perkawinan Katolik, antara lain 1). Faktor kepribadian,2). Faktor ekonomi, 3). Faktor pihak ketiga, 4). Faktor tidak dilandasi oleh rasa cinta, dan 5). Faktor persoalan campur tangan keluarga( orangtua dan keluarga laki-laki dan perempuan). ( Universitas Katolik Parahiangan, Banding, 2017).