Memisahkan Anak dari Akar Demi Sayap: Refleksi Hari Anak Nasional dari Seorang Ayah Perantau

Oleh Nurdin, Warga Flores yang tinggal di Makassar

Memisahkan Anak dari Akar Demi Sayap: Refleksi Hari Anak Nasional dari Seorang Ayah Perantau
Pak Nurdin dan puterinya, bersama Manajemen Sekolah di ABSM. Foto istimewa.

 

Mengurai Fenomena: Akar yang Tertinggal, Sayap yang Dikejar

Trend menyekolahkan anak jauh dari rumah, terutama ke pesantren atau boarding school seperti ABSM, memang bukan kejadian yang baru muncul. Ini sudah di alami oleh setiap keluarga yang menghendaki anak-anak mereka lebih terbuka peluang masa depannya. Pun demikian fenomena ini menuai pro-kontra. Mari kita lihat kedua sisi dengan jernih:

 

Demi Sayap (bagi yang Pro)

Sudah cukup banyak studi dan riset, yang memberikan kesimpulan: bahwa anak yang sudah sejak awal dilatih menjauh dari rumah, cenderung memunculkan jiwa kemandirian & ketangguhan. Hal ini didukung oleh lingkungan pondok atau asrama yang melatih anak mengurus diri, mengatur waktu, dan menyelesaikan masalah tanpa selalu bergantung pada orang tua. Ini membentuk “resilience” yang vital untuk masa depan si anak.

Yang paling penting adalah anak-anak bisa lebih fokus belajar & diajarkan kedisplinan oleh pengasuh pondok atau wali asramanya. Minimnya distraksi dunia luar memungkinkan fokus lebih intens pada pendidikan, pengembangan karakter, dan nilai-nilai keagamaan (khususnya di pesantren).

Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More