Banyak pemikir menganggap Gautama Buddha sebagai “filsuf positivis dan empirisis”. Namun, anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar. Pengertian empirisme dan positivism pada perspektif pemikiran Gautama Buddha punya makna “melebar”.
Bagi dia, pengalaman tidak Cuma terbatas pada penghayatan kenyataan berdasarkan persepsi (cerapan) indrawi sehari-hari, namun juga mencakup pengalaman trance yang dicapai lewat teknik meditasi yoga yang tidak lepas dari kegiatan inteligensi manusia.
Pengalaman trance itu, sebagaimana dimaksudkan oleh Gautama Buddha masih merupakan bagian dari aktivitas inteligensi insani. Trance adalah buah olah pikiran, penalaran, inteligensi yang benar yang dipacu dengan konsentrasi yang benar.
Dia mengajarkan pelatihan diri untuk mencapai kedamaian akhir yang sempurna. Pelatihan itu mencakup upaya menitiJalan Mulia Delapan Jenjang (The Noble Eighfold Path).
Delapan unsur yang merajut Jalan Mulia itu, yakni pandangan yang benar dan maksud yang benar; pembicaraan yang benar, tindakan yang benar, dan kehidupan yang benar; upaya yangbenar, pikiran yang benar, dan pemusatan perhatian (konsentrasi) yang benar.