Membaca Aktivisme dan Menulis Solusi

Oleh: Bernardus Tube Beding*

Di tengah lontaran pertanyaan itu, ingatan dan perhatian tertuju kembali pada tokoh filsafat India, Gautama Buddha. Gautama Buddha memang kini dikenal oleh khalayak luas sebagai penemu dan pendiri salah satu agama besar di dunia, yaitu agama Buddha.

Namun, Gautama Buddha sendiri hingga akhir hayatnya tidak pernah menyatakan dirinya punya otoritas ilahi. Dia memangdang seluruh temuan spiritualnya sebagai produk upaya insani, terutama sebagai produk inteligensi insani.

Pada titik ini sangat terasakan kiprah Gautama Buddha sebagai seorang filsuf. Rupa-rupanya memang dia merasa lebih tepat menempati posisi filsuf atau setidak-tidaknya pemikir spiritual, bukan nabi yang bersuara dengan otoritas ilahi.

Narayan Champawat, dalam Great Thinkers of The Eastern Word (Ian P. McGreal, 1995), menyebutkan seluruh filsafat Gautama Buddha dilandasi pengamatan (observation) dan penalaran (reasoning).

Gautama Buddha menolah segala spekulasi metafisis. Bagi dia, pertanyaan metafisis adalah pertanyaan yang tidak bisa dijawab lewat upaya observasi. Maka pertanyaan seperti itu dianggap sia-sia.

BACA JUGA:
MacIntyre dan Etika Keutamaan
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More