Di tengah lontaran pertanyaan itu, ingatan dan perhatian tertuju kembali pada tokoh filsafat India, Gautama Buddha. Gautama Buddha memang kini dikenal oleh khalayak luas sebagai penemu dan pendiri salah satu agama besar di dunia, yaitu agama Buddha.
Namun, Gautama Buddha sendiri hingga akhir hayatnya tidak pernah menyatakan dirinya punya otoritas ilahi. Dia memangdang seluruh temuan spiritualnya sebagai produk upaya insani, terutama sebagai produk inteligensi insani.
Pada titik ini sangat terasakan kiprah Gautama Buddha sebagai seorang filsuf. Rupa-rupanya memang dia merasa lebih tepat menempati posisi filsuf atau setidak-tidaknya pemikir spiritual, bukan nabi yang bersuara dengan otoritas ilahi.
Narayan Champawat, dalam Great Thinkers of The Eastern Word (Ian P. McGreal, 1995), menyebutkan seluruh filsafat Gautama Buddha dilandasi pengamatan (observation) dan penalaran (reasoning).
Gautama Buddha menolah segala spekulasi metafisis. Bagi dia, pertanyaan metafisis adalah pertanyaan yang tidak bisa dijawab lewat upaya observasi. Maka pertanyaan seperti itu dianggap sia-sia.