Sederhana saja, coba lihat dan rasakan apa yang terjadi tatkala suasana aktivitas sehari-hari sungguh menguasai diri manusia. Barangkali pada kondisi itu timbul kejenuhan, kejengkelan, dan kegusaran.
Pada titik puncak kejenuhan, kejengkelan, dan kegusaran itu, pikiran, penalaran, dan pertimbangan akal budi tidak berjalan.
Seandainya pada saat itu manusia mau menghitung mundur mulai angka lima puluh secara khidmat dan perlahan-lahan, dapat dirasakan secara jelas, betapa pada titik itu gelegak kegusaran sungguh menjadi penguasa diri.
Peran pikiran, penalaran, dan pertimbangan akal budi barangkali baru bisa mulai dirasakan kembali tatkala hitungan mundur itu sudah mencapai angka dua puluh atau lima belas.
Itu pulalah yang terjadi pada manusia dan masyarakat yang dibelit ketat oleh aktivisme obsesif kompulsif. Tentu, belitan parah itu pengaruhnya jauh lebih dahsyat.
Pengaruh dahsyat ini jelas tidak bisa ditipiskan dengan sekadar membuat hitungan mundur mulai angka lima puluh. Lantas, apa yang bisa dilakukan?