Memahami Virus Cinta di Tengah Wabah Covid-19

 Oleh Inosensius Sutam*(Sebuah Refleksi di Hari Kasih Sayang)

Karena itu hari berganti, musim berputar kita selalu membeli atau menanam bunga.  Orang tua kita, orang-orang yang mencintai kita, dan yang kita cintai, mungkin sudah meninggal atau jauh dari kita, tapi kehangatan dan keharuman cinta mereka, tetap hidup dan membara dalam hati kita. Ia menjadi bagian dari hidup kita.

Cinta itu kekal karena  ia selalu indah dan menjadi inspirasi dari semua kesenian.  Cinta itu adalah seni. Seni dalam menata hidup bersama.  Satu saat Sutardji Calzoum Bachri, berkata:

”Ketika kita sudah bisa mencintai dan memaknai seni, ketika itu pula kita sebenarnya sedang mencintai Allah dan semua ciptaan-Nya,”  Kita melupakan Tuhan, tidak mengenalnya, tidak  mencintainya, tapi Ia selalu mengingat, mengenal dan mencintai kita.

Selamat membagi dan menyebarkan virus cinta di hari kasih sayang ini.  Dengan itu, semoga kita penuh dengan iman, imun, dan aman dalam menghadapi wabah Covid-19.

*Penulis adalah rohaniwan katolik dan dosen di UNIKA Santu Paulus Ruteng.

Tulisan ini pernah dibawakan dalam permenungan bersama tanggal 14 Februari 2011di Paris.

BACA JUGA:
Kebenaran Ilmiah dan Likuidasi Subjek dalam Rantai Makanan
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More