
Memahami Virus Cinta di Tengah Wabah Covid-19
Oleh Inosensius Sutam*(Sebuah Refleksi di Hari Kasih Sayang)
Cinta itu universal
Cinta itu untuk semua, tanpa diskriminasi. Di depan, dalam dan dengan cinta, semua orang sama. Cinta adalah kesamaan kedudukan hakiki manusia tanpa membedakan seks, usia, suku, agama, ras dan status sosial.
Kita kembali ke bunga dan matahari. Bunga memberikan keharuman dan keindahannya kepada semua orang: ia tidak mengurangi keindahan dan keharumannya ketika seorang dari suku tertentu lewat.
Ia tidak memberikan rasa bau ketika seorang berdosa lewat. Matahari juga sama, ia memberikan cahaya dan kehangatan yang sama kepada semua orang tanpa membedakan.
Keempat, cinta itu siap berkurban. Cinta adalah sebuah ziarah kehidupan dalam suka dan dukanya. Cinta ingin melahirkan rasa senang dalam rasa sakit, cinta ingin menumbuhkan rasa bahagia dalam rasa susah dan derita.
Ketika kita memetik bunga, kita memisahkannya dari kehidupan, kita memotong usianya. Lalu kita menjualnya, kita dapat uang dan hidup. Kita membeli bunga, untuk mengharum dan memperindah ruangan.
Kita senang. Bunga dipotong, dijual, dibeli, dan akhirnya mati. Ia menjadi sampah. Bunga memberi keharuman dan keindahan dengan mematikan dirinya. Tapi ia menghidupkan hati dan pikiran orang. Ia menghangatkan hati yang dingin dan mencairkan jiwa yang beku.