Permakultur dan Eksegese Sukacita di Tengah Pandemi

Oleh : Bernadinus Steni (Penggiat Standar Berkelanjutan)

Sebab alam sejak awal mula jujur adanya. Alam punya penangkal semacam antivirus. Sesuatu yang tidak cocok di tempat itu akan disingkirkannya cepat atau lambat atau dimodifikasi menjadi sesuatu yang lain sama sekali. Untuk melawan resistensi itu, teknik pertanian modern menghujani tanaman dengan pupuk kimia dan pestisida.

Cara seperti ini mirip penyiksaan yakni menekan ekosistem agar tidak melawan, kemudian secara perlahan menggerus daya tahannya untuk bisa diubah jadi ekosistem yang terkontrol. Kita menyaksikan cara seperti ini dimana-mana dan bergerak menuju tragedi.

Walaupun awalnya seperti menunjukan keberhasilan, alam rupanya tidak diam karena dia berontak. Alhasil, kita mengalami demikian banyak goncangan lingkungan amat mengerikan, sampai tidak ada jalan pemulihan kembali.

Misalnya, perkebunan monokultur di berbagai daerah atau intervensi jenis tanaman baru yang sarat pupuk dan pestisida. Mereka meracuni air tanah, mengakumulasi hama jenis baru, mencemari hampir semua mata rantai makanan.

Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More