Permakultur dan Eksegese Sukacita di Tengah Pandemi
Oleh : Bernadinus Steni (Penggiat Standar Berkelanjutan)
Dalam hal ini, sudah umum diketahui bahwa kehadiran tanaman baru kadang memicu perkembangan jenis hama tertentu yang tidak bisa ditangkal dengan cara-cara biasa. Sehingga, tanaman yang mempabrik hama, boros air, dan rakus hara dihindari pada ekosistem Mekon.
Selain menyulitkan pemeliharaan, jenis seperti itu akan mirip atau mungkin meniru watak manusia yakni gemar mengkorupsi jatah hidup yang disediakan untuk sesamanya.
Prinsip dasar pendekatan pertanian Mekon adalah bertumpu pada ekosistem lokal yang diciptakan dengan dasar kemampuan tertentu yang dalam ilmu ekologi disebut sebagai daya dukung (carrying capacity).
Di atas kemampuan itulah manusia bisa sejauh-jauhnya mengintervensi. Ekosistem mempunyai elastisitas untuk menampung perubahan.
Dalam hal ini, alam mengindahkan batas-batas terjauh yang bisa ditoleransi oleh suatu ekosistem. Sehingga prinsip berikutnya adalah apa yang bisa hidup disana diberikan hak hidup dalam batas-batas itu.
Manusia dapat saja memperkenalkan jenis tanaman baru dan teknik pengelolaan baru dengan catatan itu semua berada dalam batas-batas toleransi. Jika pun dipaksakan, sudah pasti seseorang akan mengeluarkan usaha ekstra untuk membekuk ekosistem di bawah kendalinya.