Permakultur dan Eksegese Sukacita di Tengah Pandemi

Oleh : Bernadinus Steni (Penggiat Standar Berkelanjutan)

Sehingga, permakultur berisi seperangkat prinsip desain yang berpusat pada keseluruhan sistem berpikir, simulasi, atau bahkan secara langsung menggunakan pola dan ciri yang tahan terhadap ekosistem alamiah.

Dia menggunakan prinsip-prinsip tersebut dalam menumbuhkembangkan lahan pertanian  yang regeneratif, pemulihan kembali, dan daya tahan komunitas.

Dalam kasus di Mekon, lahan karang yang telah disulap jadi tanah tidak sekonyong-konyong jadi pertanian yang siap dipakai. Tantangan berikutnya adalah air, pilihan jenis tanaman, relasi antara tanaman, dan pemupukan yang tepat. Pada tahap inilah aplikasi permakultur sesungguhnya dimulai.

Semua pelaku permakultur menegaskan rotasi air sebagai yang utama. Di Mekon, air tanah adalah pilihan, meskipun mendapatkannya pun tidak mudah. Seperti umumnya di Kota Kupang, untaian karang tidak hanya berjejal di permukaan. Dalam tanah pun, mereka merajalela bak siluman.

Alhasil, karang yang menyusup dalam tanah acapkali meremukkan pisau bor air tanah. Di tempat lain, mata bor melepuh atau patah mungkin menyurutkanpetani. Namun pertanian Mekon tidak surut.

BACA JUGA:
Ratusan Hektar Sawah di Kecamatan Ruteng Terancam Gagal Panen
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More