Permakultur dan Eksegese Sukacita di Tengah Pandemi

Oleh : Bernadinus Steni (Penggiat Standar Berkelanjutan)

Tidak cukupkah tragedi pandemi mencabik daya tahan tenggang rasa sehingga harus dilengkapi pula dengan tawuran berita yang bikin hati makin ciut dan luluh?

Tidak demikian halnya dengan lokasi yang akan dituturkan berikut ini. Mekon, sebuah irisan alam Kota Kupang dalam kepungan batu karang di pojokan Penfui Timur menjadi contoh yang patut ditiru untuk suatu teknik baru dalam pertanian, yakni permaculture.

Teknik ini telah dikembangkan selama lebih dari 10 tahun oleh inisatornya Porat Antonius. Ia makin bersinar di tengah pandemi sebagai suatu oase yang tidak hanya pertanian belaka tetapi berdiri megah mengumandangkan sukacita bagi banyak orang. Itu pula yang jadi nilai plus dari kisah berikut ini.

Bahwa pandemi tidak lantas isolasi menjadi sumpek, tetapi sebuah panggilan untuk mendengarkan Allah, Alam dan merayakannya dengan sesama.

Pembukaan Lahan

Teknik pertanian dengan berbagai metode sudah banyak diperkenalkan. Mereka yang disuguhi alam yang kaya akan lahan subur, air dan dataran fluvial tak berbatu tentu dengan senang hati menggunakan model pertanian lahan basah. Sebagian besar Jawa adalah contoh terbaik model ini.

BACA JUGA:
Shio Tikus-Pandemi Covid-19 – Shio Kerbau, Pelajaran untuk Hidup
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More