Permakultur dan Eksegese Sukacita di Tengah Pandemi

Oleh : Bernadinus Steni (Penggiat Standar Berkelanjutan)

Sekali minum langsung sehat walafiat. Padahal sakit adalah akumulasi dari proses yang panjang, baik tubuh maupun lingkungan sosial. Banyak sekali jenis sakit yang sebabnya bukan virus atau bakteri tapi perilaku. Misalnya, stroke atau jantung terjadi persis setelah marah-marah.

Celakanya, kecemasan manusia ditangkap pasar dan hasrat komersial. Pajangan obat ini dan itu, lengkap dengan menu propagandanya terus berganti dari waktu ke waktu. Tak heran, makin kesini, tubuh manusia jadi ladang percobaan tanpa ampun rupa macam obat baru.

Meski disadari berbahaya, tetap saja pasien antri minta obat baru. Saat dompet orang makin kering kerontang dan negara kerepotan bayar BPJS, industri obat dan kesehatan justru berjaya. Dan makin berjaya pula saat tragedi seperti pandemi saat ini.

Manusia modern lupa bahwa tubuh adalah bagian dari alam yang mengikuti cara-cara alam yakni dia mempunyai pertahanan terbaik untuk dirinya sendiri.

Ibarat teknik pertanian yang memaksakan alam dengan pupuk dan pestisida, memaksakan tubuh dengan obat-obatan juga akan menuai akibatnya sendiri.

BACA JUGA:
Tahun 2022: Tahun Toleransi
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More