Permakultur dan Eksegese Sukacita di Tengah Pandemi
Oleh : Bernadinus Steni (Penggiat Standar Berkelanjutan)
Disini banyak pasien dengan berbagai jenis penyakit mengalami kesembuhan. Yang menarik, mereka sembuh bukan karena obat-obatan modern yang menghabiskan jutaan bahkan milyaran rupiah. Tetapi dengan merayakan sukacita dengan sesama dan juga kebun dan ternak ikan. Mereka mengalami hostpitality dari Hospital Mekon.
Berkumpulnya berbagai tipe manusia dari berbagai belahan Indonesia dengan ragam jenis penyakit tentu saja bukan perkara mudah. Kebanyakan orang sakit meringis dengan dahi berkerut dan meratapi nasib jika menderita penyakit susah.
Di Mekon, mereka semua diminta mengikuti cara alam bekerja, mirip permakultur. Bahwa sakit tidak boleh dilawan dengan keras melalui obat supermahal yang lebih sering mengeruk isi dompet, daripada kesembuhannya.
Sakit adalah derita sebagai cara tubuh melawan dan memulihkan kembali “alam tubuh” yang goncang. Karena itu, disini pasien diminta lebih banyak tertawa dan seyum serta mengikuti pola makan berdasarkan jenis yang cocok untuk tubuh.
Tanaman-tanaman yang dikepung karang menjadi sahabat mereka berdialog tatkala sakit makin membara. Kadang bersama suami atau istri atau keluarganya, si sakit berkebun hingga lupa merasakan sakit.