Permakultur dan Eksegese Sukacita di Tengah Pandemi

Oleh : Bernadinus Steni (Penggiat Standar Berkelanjutan)

Pada akhirnya melalui proses biomagnifikasi yaitu  proses perpindahan polutan  yang mengikuti arah dari rantai makanan, racun-racun ini menerobos rantai makanan paling atas yaitu manusia. Mungkin ini pula alasannya mengapa demikian banyak sakit dan penyakit yang kita derita belakangan ini.

Model penyiksaan alam itulah yang dilawan oleh permakultur. Di Mekon kita bisa melihat perpaduan yang seimbang antara jenis tanaman, suplai air, dan iklim.

Permakultur di tempat ini menghidupkan budidaya pertanian yang mengandalkan kemampuan ekosistem lokal untuk menampung air, menseleksi tanaman dan membuat siklus alamiah tetap terjaga dan mendukung relasi yang saling mendukung antara satu tanaman dan tanaman lainnya.

Dukungan itu mewakili litani bersama semua makhluk pada ekosistem semi-arid agar menghemat unsur hara dan air dalam siklus hidup mereka.

Karena itu, air mengitari sistem pertanian di Mekon yang berupa kolam-kolam ikan dan di tengahnya pun dibuat kolam yang lebih besar sebagai tempat orang bersendagurau. Semuanya itu berfungsi melembabkan lingkungan yang sangat panas dan membuat tanaman bertahan.

BACA JUGA:
 Warga Matim Dipolisikan dengan Tuduhan Menghalangi Tugas Wartawan
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More