Jiwa muda dan idealisme, lelaki kelahiran Timur Lembata ini juga ikut mewarnai beberapa teks puisinya. Muhibuna terlihat sedang berusaha menyeruhkan api perjuangan dalam bunyi dan bahasa dengan menyatukan kepingan luka bangsa. Selain itu kepeduliannya akan luka para perempuan dalam lingkaran patriarkhi nampak juga dalam potongan puisi berikut
Perempuan dalam lembaran domestik
Kunamakan halaman kelukaan peradaban
Manifestasi Cinta dan Legitimasi Puisi, menghadirkan karya yang serentak luas. Cinta dan perempuan adalah halaman kehidupan yang tidak usai dibicarakan dan dipuisikan. Dan negara adalah wadah serupa gelas yang ikut menampung pahit dan manis hidup manusia yang digenggamnya.
Pada akhirnya tentu buku ini sebagai karya awal yang harus banyak dibenahi dan dimatangkan diksi-diksinya. Mengutip ungkapan penulis “Aku Bukan Penulis Handal” , maka kritik dari pembaca dan para pecandu sastra sangat diharapkan. Setidaknya saya melihat ini sebagai langkah awal yang berani dari seorang anak muda. Seperti yang diungkapkan Pramoedya Ananta Toer “ Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” ***