Lodok Lingko: Kompas Budaya yang Dilupakan dalam Pariwisata Manggarai Raya
Oleh Akib Hehanussa, S.Pd., M.Par, Kaprodi D4 Pengelolaan Perhotelan, Politeknik eLBajo Commodus
PENETAPAN Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat sebagai destinasi pariwisata super prioritas (DPSP) telah mengubah wajah kota pesisir ini secara drastis. Infrastrukturjalan lebar dibangun, pelbagai hotel mewah berdiri megah, kapal-kapal wisata mulai dari opendeck sampai pinisi hilir-mudik membawa wisatawan dari berbagai penjuru dunia. Setidaknya tercatat sebanyak 411.349 wisatawan mengunjungi Labuan Bajo selama tahun 2024. Di balik semua gegap gempita itu, muncul pertanyaan mendasar; ke mana peran nilai-nilai budaya lokal dalam arah pembangunan ini?
Labuan Bajo merupakan pintu masuk menuju kawasan yang kaya akan tradisi dan warisan budaya. Salah satu simbol budaya yang sarat makna adalah Lodok Lingko, yaitu sistem pembagian lahan pertanian masyarakat adat Manggarai yang membentuk pola jaring laba-laba. Bagi masyarakat Manggarai, Lodok bukan sekadar pola estetik untuk difoto dari udara. Lebih dari itu, ia merupakan representasi nilai-nilai luhur seperti keadilan, musyawarah, spiritualitas, dan keterhubungan antara manusia dan alam.