SMALL is beautiful. Sebuah frasa klasik yang diluncurkan Ekonom Inggris kelahiran Jerman, E.F. Schumacher melalui bukunya Small Is Beautiful: A Study of Economics as If People Mattered (1973), kiranya relevan untuk berbagai konteks.
Dalam buku itu, Schumacher mengkritik ekonomi arus utama yang mengagungkan ekspansi raksasa dan eskalasi ekonomi skala besar, namun membawa dunia pada krisis energi dan lingkungan.
Penulis itu meyakini bahwa teknologi yang simpel dan pemberdayaan ekonomi skala kecil lebih lebih bisa diandalkan untuk memberdayakan lebih banyak orang “kecil”.
Hal-hal kecil memang jarang diperbincangkan sebagai ukuran kebijakan makro atau bahkan aturan kehidupan bersama pada skala mikro. Dalam isu lingkungan hidup pun demikian.
Tidak sedikit omongan kelestarian lingkungan dilakukan dengan macam-macam konsep dan pendekatannya hendak menggapai hal-hal besar. Yang kerap kita dengar, misalnya, tanam pohon 1 milyar, mengatasi masalah ozon, pengurangan emisi global, dan seterusnya.
Semuanya adalah daftar target-target makro yang terekam dengan mudah dalam catatan statistik. Program pemerintah ditentukan oleh proyeksi dan catatan naik dan turunnya angka-angka itu.