Lima Pilar Foundation: Jangan Harapkan Literasi yang Baik di Tengah Kemiskinan
Kondisi tanpa cek dan rechek ini, menurut Tarsisius diperparah oleh kemampuan kita untuk mengolah informasi. Tidak ada niat bertanya terhadap informasi. Semua informasi dianggap benar, tepat dan layak untuk dikonsumsi. Ini terjadi, lanjut Tarsi, karena kita sering dan suka dianggap intelek, update, keren/hits. Kita menilai kebenaran informasi berdasarkan kecepatan, bukan ketepatan. Hanya karena pingin dinilai seperti itu, cibir Tarsi.
Karena itu menurut Tarsi, setiap informasi yang kita serap (baca) harus diolah. Salah satunya melalui bertanya. Sehingga ketika disajikan, informasi tersebut menjadi informasi yang jelas, logis, lengkap dan beragam.
Tetapi lagi-lagi kembali kepada rendahnya budaya literasi kita. Pemerintah dinilai belum mampu mengembangkan program literasi berbasis gerakan. Sekalipun ada, hanya dianggap lebih ke arah seremonial dan insidentil yang cenderung mengarah ke sesuatu yang artifisial. Pemerintah kita masih sangat suka membuat yang populer demi popularitas bukan substansial.