LEMBATA: Dari lembah Derita menuju Lembah Sukacita; Catatan Atas Pelantikan Dr. Thomas Ola Langoday
Oleh: Poya Hobamatan (Warga Lembata Diaspora, tinggal di Bintan)
Tarik menarik antara optimisme-idealisme dengan pesimisme-sinisme membuat Dr. Thomas Ola layak mendapatkan pisau bedah, kendati durasi waktu untuk mengampuh jabatan mulia itu tergolong begitu pendek untuk dijalani.
Problem Paket Sunday
Bila pelantikan Dr. Thomas Ola hari ini sekedar sebuah ceremony untuk mengabsahkan sekaligus menghabiskan waktu kepemimpinan Paket Sunday, yang didaulat rakyat untuk memimpin Lembata, pasca kematian Eliazer Tjenci Sunur, maka pelantikan hari ini boleh dibilang sebagai perayaan untuk menuntaskan sisa-sisa kegagalan Sunday yang dipilih rakyat dalam siklus pilkada tahunan. Sebab bagaimana pun, sebagai sebuah paket, segala kebijakan untuk membangun Lembata, entah yang dipuji ataupun dicaci, tidak bisa dibebankan hanya kepada satu orang. Dalam konteks ini Dr. Thomas termasuk ikut memberi kontribusi atas kegagalan Lembata, kendati aktor kegagalan yang terekspose selama empat tahun lebih didominasi oleh Eliazer Tjenci Sunur.
Menimbang alasan atas Dr. Thomas Ola yang diminta menjadi wakil bupati dalam paket Sunday di awal pilkada silam, sangat jelas terlihat bahwa pertimbangan terhadap ekonom UNWIRA ini untuk mendampingi Sunur, bukan terutama karena alasan politis meraup suara, melainkan demi cincin ekonomi Lembata demi visi Lembata Maju. Tidak heran keduanya memenangkan pertandingan, karena masyarakat di pulau kecil Lembata kala itu menaruh seluruh harapan pada duet politisi dan ekonom kawakan ini, untuk segera mengubah Lembata dari lembah derita menuju lembah sukacita. Sayang harapan itu tidak tercapai. Justru yang terekspose adalah migrasi masalah dari satu persoalan ke persoalan berikut.