
Krisis Venezuela dan Peringatan bagi Indonesia: Sumber Daya sebagai Taruhan Kedaulatan
Oleh Paskalis Semaun, SVD, Imam Katolik berkarya di Paraguay dan penulis lepas, aktif dalam kegiatan kemanusiaan dan keadilan sosial.
Geopolitik Tanpa Invasi
Venezuela memang tidak mengalami invasi militer terbuka, tetapi menghadapi
bentuk intervensi yang lebih tersembunyi: intervensi asimetris. Sanksi yang
melumpuhkan ekonomi, tekanan diplomatik, dan penguasaan jalur perdagangan
menjadi alat utama.
Amerika Serikat, misalnya, melarang negara-negara mitranya membeli minyak
dari Venezuela. Konsekuensinya, negara ini kehilangan sumber devisa utama
dan kesulitan mengimpor kebutuhan pokok. Di sisi lain, perusahaan energi AS
seperti Chevron tetap mengekstraksi minyak Venezuela di wilayah Karibia—
dengan pengawalan militer. Jika ini bukan bentuk agresi, apa lagi namanya?
Strategi semacam ini terbukti efektif. Tanpa perlu mengerahkan pasukan, cukup
dengan menguasai arus logistik dan opini global, negara target dapat
dilemahkan. Rakyat menderita, pemerintahan terisolasi, sementara aktor asing
tetap mengakses sumber daya.
Kutukan Sumber Daya
Apa yang dialami Venezuela menggambarkan fenomena yang dikenal sebagai
resource curse—kutukan sumber daya. Dalam situasi tanpa kedaulatan penuh
atas produksi dan distribusi, kekayaan alam dapat menjadi sumber konflik dan
intervensi. Ketika pemerintah berupaya mengambil kebijakan nasionalistik,
tekanan dari luar meningkat, baik dalam bentuk ekonomi maupun politik.
Masalah utama Venezuela bukan sekadar tokoh atau sistem pemerintahan,
tetapi minyak itu sendiri. Negara-negara dengan sumber daya besar kerap
menjadi target jika tidak sejalan dengan kepentingan global dominan.