
Krisis Venezuela dan Peringatan bagi Indonesia: Sumber Daya sebagai Taruhan Kedaulatan
Oleh Paskalis Semaun, SVD, Imam Katolik berkarya di Paraguay dan penulis lepas, aktif dalam kegiatan kemanusiaan dan keadilan sosial.
KRISIS yang melanda Venezuela selama lebih dari satu dekade kerap dijelaskan
melalui narasi konflik internal: otoritarianisme, korupsi, dan disfungsi ekonomi.
Namun jika dilihat dari perspektif geopolitik, akar persoalannya jauh lebih
kompleks. Di balik inflasi ekstrem, migrasi besar-besaran, dan ketegangan
politik, terdapat satu motif yang terus berulang dalam sejarah global: perebutan
atas sumber daya alam strategis, khususnya minyak.
Sebagai negara dengan cadangan minyak terbesar di dunia, Venezuela justru
menghadapi tekanan luar biasa. Kekayaan itu, alih-alih menjadi berkah,
berubah menjadi beban geopolitik. Sanksi ekonomi, embargo perdagangan,
hingga upaya pembentukan pemerintahan tandingan—semuanya diarahkan
pada satu tujuan: mengganti rezim dan mengakses sumber daya melalui
skema yang lebih menguntungkan bagi kekuatan eksternal.
Dalih intervensi pun hampir selalu seragam: demokratisasi, perlindungan hak
asasi manusia, dan pemberantasan narkoba. Namun pola yang sama juga terlihat
dalam kasus Irak, Kuba, hingga Panama. Konteks berubah, tetapi
kepentingannya tetap: penguasaan energi, pengaruh politik, dan dominasi
ekonomi.