
Korban Bencana Tanah Bergerak di Dusun Tado Butuh Bantuan (3/Habis)
“Sekarang kami tinggal di kebun sejak tahun 2021 lalu. Siang hari saja kami datang ke sini. Kalau malam hari kami tidur di kebun”, ungkap bapak Matius sambil menunjuk ke arah kebun tempat mereka mengungsi.
Istrinya, Maria Yovita Neli juga menuturkan kesedihannya. Ia berharap pemerintah Kabupaten Manggarai Barat turun tangan memperhatikan penderitaan keluarga korban bencana di kampungnya.
“Kami tinggal di pondok beratap bambu. Tidak bisa beli sink. Kalau siang kami di sini. Malam baru kembali ke kebun, tinggal di pondok. Mudah-mudahan pemerintah melihat situasi kami seperti ini,” kata ibu Yovita sambil menyeka air mata.
Matius Demin mengisahkan, rumah berdinding papan itu dibangun tahun 2007. Kini kondisinya nyaris roboh akibat fenomena pergerakan tanah yang terjadi berulang kali sejak tahun 2018, 2019, 2020, 2021 dan 2022. Kerusakan mulai terjadi tahun 2018. Paling parah terjadi tahun 2021 dan 2022.
Kondisi rumah semi permanen ukuran 6 x 8 meter hampir roboh. Fondasi bangunan terbelah. Peremukaan lantai dengan fondasi tampak menganga. Lantai dan tembok retak mulai dari ruang tamu, kamar hingga dapur. Keseluruhan bangunan itu sudah miring dan nyaris roboh.