Kopi, Kisah & Kiprah D’mas Cafe di Jalan Seribu Kelok  (1)

“Setelah menikah tahun 2005, saya bikin rumah bambu. Selama tiga tahun  kami tinggal di gubuk bambu. Tahun 2008, rehab atapnya karena bambu sudah mulai lapuk. Setahun kemudian, saya bangun rumah kayu. Lima tahun kemudian saya bangun rumah permanen ukuran 15×8 meter di kampung Nobo”, kisah Hiron sembari seka air mata.

Sebelumnya, Hiron berencana membeli mobil tangki untuk usaha air minum jual ke Labuan Bajo. Namun rencana itu diurungnya. “Setelah saya hitung-hitung, biaya operasionalnya besar sekali dan makin banyak persaingan”, ungkapnya.

Kopi, Kisah & Kiprah D'mas Cafe di Jalan Seribu Kelok  (1)

D’mas Cafe berdiri anggun di atas awan bentang alam pegunungan Mbeliling, Jalan seribu kelok Trans Flores Labuan Bajo-Ruteng. Foto/Robert Perkasa

 

Beli tanah

Rintisan usahanya makin menanjak. Empat tahun kemudian, Hiron membeli sebidang tanah seharga ratusan juta rupiah. Lokasi tanah itu sangat strategis. Terletak di tepi jalan seribu kelok. Persisnya di pertigaan Nobo, jembatan Wae Damar.

BACA JUGA:
Korupsi Dana Desa di Lemarang Capai Rp229 Juta, Kasus Segera Disidang
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More