Kampung kecil itu geger. Menurut kokak, jelas si MAKMUR kalah. Pake tambahan bodoh, pula. Olokan yang telak! Nestapa kelompok pendukung sudah dimulai, bahkan sebelum perhitungan sesungguhnya tiba.
Ohhh kokak, ohh kokak ee, kau memang penghibur, terutama bagi mereka yang nikmat ditipu. Meski hal itu berulang dan terus berulang. Tak lagi penting terang benderang.
Karena tidak hanya mata si pembaca nasib yang muram, hati para pendukung sudah terbungkam, mungkin oleh rupiah dan tahta. Kokak, engkau bukan lagi si tukang joak.
Tapi narasi yang tulus mewakili alam yang selalu jujur. Kau tipulah mereka semua, sampai tengkurap rata tanah.
Catatan : *joak: kibul