Kokak si Tukang “Joak”

Oleh : Bernadinus Steni (Penggiat Standar Berkelanjutan)

Kampung kecil itu geger. Menurut kokak, jelas si MAKMUR kalah. Pake tambahan bodoh, pula. Olokan yang telak! Nestapa kelompok pendukung sudah dimulai, bahkan sebelum perhitungan sesungguhnya tiba.

Ohhh kokak, ohh kokak ee, kau memang penghibur, terutama bagi mereka yang nikmat ditipu. Meski hal itu berulang dan terus berulang. Tak lagi penting terang benderang.

Karena tidak hanya mata si pembaca nasib yang muram, hati para pendukung sudah terbungkam, mungkin oleh rupiah dan tahta. Kokak, engkau bukan lagi si tukang joak.

Tapi narasi yang tulus mewakili alam yang selalu jujur. Kau tipulah mereka semua, sampai tengkurap rata tanah.

Catatan : *joak: kibul

BACA JUGA:
Albinisme Dalam Perspektif Pendidikan Inklusi
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More