(Berbahagialah penemu matematika karena jasanya terus dikenang). Nah, pada momen-momen genting ini, Kokak sontak jadi pembawa berita. Perannya mengisi selisih waktu sekian jam dari lembaga Quick Count tenar punya Denny JA, Muhammad Qodari dan bintang survey lainnya.
Lembaga-lembaga ini dikendalikan norma agar tidak nyerocos sembarangan saat perhitungan sedang berlangsung. Kokak tidak. Dia terbang kemana-mana mengirimkan desas desus. Tiap letupannya disimak dengan desiran. Modalnya hanya sayap dan suara lantang. “Kokak..kak..kak..komprak komprek…” Dan seterusnya. ,
Maka tibalah pada perhitungan itu di suatu kampung. Masing-masing kubu mengklaim kemenangan. Konon dalam sekejap suara kokak ikut berubah mengikuti trend politik.
Satu PASLON yang disebut paket “KONTAN” versus PASLON lain yang mengambil singkatan “MAKMUR” masing-masing ngotot paling hebat dan tentu saja menang. Kokak bertengger di dekat rumah salah satu pendukung paslon.
Sekonyong-konyong ia menjelma jadi peramal, “KONTAN, iyo” “MAKMUR, toe”. Tidak hanya disitu. Katanya untuk mereka yang kalah, dia selipkan ejekan “bodoh”. Aduhh makkk !!