Ke depan, guru wajib menjadi pemilik dan pembentuk kurikulum. Bukan sebagai pelaksana lagi. Guru harus menjadi fasilitator ulung dari berbagai sumber pengetahuan. Kompetensi seorang guru menjadi penentu kualitas pengajaran. Dengan harapan bahwa sekolah akan menjadi tempat penanaman rasa senang belajar siswa.
Hayu, mulailah untuk berpikir secara menyeluruh. Bukan saatnya lagi berpikir parsial yang hanya mengurus hal-hal receh. Dari pada hanya mengurus busana jilbab, lebih baik mengurus akhlak yang menjadi landasan karakter baik. Bergegaslah untuk maju!***
*Penulis dan pegiat literasi dini pada sebuah media anak di Jakarta. Menyelesaikan studi filsafat (S1) di STF DRIYARKARA JAKARTA. Dan menyelesaikan pendidikan mater (S2) dalam bidang Ilmu Pendidikan & Bahasa di Universitas Indraprasta, Jakarta.