Ketika Uskup Maumere Gendong Bayi Shelter St. Monika di Momen Setahun Wafatnya Suster Eustochia, SSpS

Laporan Walburgus Abulat (Jurnalis, Kolumnis, dan Penulis Buku)

Untuk menghargai karya kemanusiaan sekaliber itu, lanjut Suster Inez maka ia memberi gelar kepada seorang Eustochia Monika Nata dengan sebutan Pahlawan Cinta. Suster Eustochia telah memainkan melodi belas kasih semasa hidupnya, dan juga telah mengakhiri masa hidupnya dalam melodi belas kasih itu.Mari kita melanjutkan misi kemanusiaan mengikuti jejak sang pahlawan Cinta, meneruskan perjuangan kemansiaan dengan spirit militansi yang tinggi, spirit yang pantang untuk menyerah, katanya.

Setelah menuangkan memori tentang Suster Eustochia ke dalam tulisan/sambutanini tentang rekam jejak hidup dan misiya, lanjut Suster Inez, maka ia akhirnya membuat refleksi atas tulisan ini. Di hadapan piguranya, saya akhirnya membuat refleksi atas tulisan ini. Di hadapan piguranya saya membaca perlahan-lahan tulisan ini mulai dari awal sampai akhir.

Saya merasakan bagaimana untaian kata-kata ini menjadi nada yang memberi kehidupan kepadanya. Pada saat yang sama, saya merasakan kata-kata ini menjadi nafas yang sama, saya merasakan kata-kata itu menjadi nafas yang memberi kehidupan bagi saya secara pribadi, bagi TRUK, bagi SSpS, bagi SVD, dan seharusnya bagi semua orang yang mendengarkan sambutan malam ini. Saya boleh mati, tetapi misi kemanusiaan tidak boleh mati. Kalimat wasiat ini , lagi-lagi menggugah dan dan menggugat nurani, menggedor dan menghinopis kita untuk berkolaborasi, merajut gerakan bersama antara pemerintah, gereja dan masyarakat untuk melanjutkan misi kemanusiaan di Nian Tana Sikka tercinta.

Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More