Ketika Transpuan  Sikka dan Awak Media “Buka-Bukaan” di Kantor Redaksi florespedia.id Maumere

Oleh Walburgus Abulat (Wartawan Pojokbebas.com)

Ditanya hal menarik apa yang ia petik selama belasan tahun di Ritapiret, Novi mengaku hal yang paling luar biasa dan itu yang memotivasinya untuk maju bekerja dan berusaha saat memutuskan menjadi
transpuan adalah ketika para romo, para suster, para frater dan karyawan Seminari Tinggi Ritapiret menerima dirinya apa adanya. “Selama belasan tahun di Ritapiret, saya diterima apa adanya. Para romo dan suster tidak membedakan saya dengan para frater. Kita sama di dalam Tuhan. Inilah yang memotivasi saya sehingga saya dengan optimis membawa diri saya sebagai transpuan dan menerima segala tugas sebagai
penyuluh 18 kelompok tani Desa Koting D dan sebagai koster di  Stasi Santo Andreas Wutik, Paroki Fransiskus Koting. Semua tugas ini saya jalankan dengan baik, berkat pengalaman yang saya timba di Seminari Tinggi Ritapiret,” kata Novi.

Novi mengaku ia menjalani keberadaan sebagai transpuan secara bermartabat karena panggilan pekerjaan , tuntutan hidup dan bawaan sejak lahir. “Saya senang menerima diri saya apa adanya. Saya menjalankan keberadaan saya secara bermartabat. Saya menjalankan setiap tugas yang dipercayakan kepada saya baik tugas di Gereja, maupun tugas yang dipercaya oleh pemerintah desa. Saya juga mengembangkan usaha salon saya dengan baik. Jadi, saya transpuan yang bermartabat. Itu tadi berkat pengalaman yang saya timba selama bekerja di Seminari Tinggi Ritapiret,” papar Novi penuh optimistis.

BACA JUGA:
Ketika Menara Lonceng Santo Yohanes Paulus II Bakal Perkuat Toleransi Agama di Kabupaten Sikka
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More