Ketika Transpuan  Sikka dan Awak Media “Buka-Bukaan” di Kantor Redaksi florespedia.id Maumere

Oleh Walburgus Abulat (Wartawan Pojokbebas.com)

Macin bersaksi bahwa ia sangat senang dengan keberadaannya sebagai transpuan dengan mengembangkan aneka bakat dan keterampilan yang dimilikinya, termasuk untuk bekerja di salon dan merias pengantin.“Saya tetap menjalankan kehidupan saya sebagai transpuan yang bermartabat,” kata Macin.

Pengalaman Bekerja di Seminari Motivasi Hidup Transpuan Asal Koting

Pengalaman kelima transpuan di atas hampir berbanding 180% yang dialami Inang Novi asal Wutik, Desa Koting D, Kecamatan Koting Mba Novi. Novi berkisah ia merupakan bungsu dari lima bersaudara.

Novi mengaku sejak kecil terpaksa harus harus hidup tanpa kasih sayang orang tua, karena kedua orang tuanya meninggal ketika dirinya masih berusia di bawah umur. “Mama meninggal ketika saya belum masuk SD. Sedangkan Bapa meninggal setelah tamat SD. Saya kecil belum merasakan kasih sayang orang tua.
Saya kemudian tinggal dengan kakak-kakak saya,”  katanya.

Karena kondisi ekonomi keluarga, lanjut Novi, maka ia kemudian tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP. ntuk menyambut hidup, lanjutnya, maka ia mencari pekerjaan di Seminari Tinggi Ritapiret. “Puji Tuhan saya diterima untuk bekerja di sana. Selama belasan tahun di di Ritapiret, saya belajar kerja di
hampir semua unit, kecuali bangunan. Saya pernah bekerja di dapur, klinik, gudang, ruang makan para romo,  dan kebun,” kata Inang Novi polos.

BACA JUGA:
Aktivis Kemanusiaan Natalius Pigai Apresiasi Kinerja KPK
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More