Ketika Suara di Jalanan Lebih Lantang dari Mimbar

Oleh Agnes Hestika Ule, Mahasiswi Semester VII STIPAS St. Sirilus Ruteng

 

Jalan dan Mimbar, Bukan Lawan

Demonstrasi besar pada Agustus 2025 menunjukkan keresahan rakyat terhadap kebijakan yang tidak berpihak pada mereka. Suara di jalan menjadi lebih lantang daripada suara di mimbar karena rakyat merasa tidak didengar oleh para pemegang kekuasaan. Mimbar yang seharusnya menjadi tempat lahirnya kebenaran moral dan keadilan sering kali kehilangan suaranya karena kepentingan politik atau ekonomi. Ajaran sosial Gereja menekankan pentingnya keadilan dan kasih dalam membangun masyarakat yang adil.

Demonstrasi dapat menjadi tanda zaman yang menunjukkan perlunya perubahan struktural dan perjuangan untuk keadilan sosial. Oleh karena itu, penting bagi mimbar untuk kembali menemukan suaranya yang profetik dan membela kebenaran tanpa kompromi, serta berdiri bersama rakyat dalam memperjuangkan keadilan dan perubahan yang positif.Keduanya dapat berpadu menjadi kekuatan moral yang membebaskan, asalkan mimbar tidak takut bersuara lantang demi kebenaran. Yesus pernah berkata, “Kebenaran akan memerdekakan kamu” (Yohanes 8:32). Maka, baik di jalan maupun di mimbar, kebenaran harus terus dikumandangkan.***

Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More