
Ketika SMAGER Sekolah 99% Siswa Beragama Katolik Konsisten Rawat Moderasi Beragama, Persilahkan Siswa Beragama Islam Pimpin Doa
Laporan Walburgus Abulat (Jurnalis, Penulis Buku, dan Pernah Mengajar Bahasa Indonesia di SMAK Fransiskus Ruteng)
Dikenang boleh dilupa jangan. Demikian satu adagium bermakna untuk menggambarkan keberadaan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) pertama di Kecamatan Reok, Kabupaen Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Nama sekolah pertama ini adalah Sekolah Menengah Atas Swasta (SMAS) Katolik Santo Gregoris Reo (SMAGER).
Sekolah ini didirikan pada 3 September 1980 atau sudah berusia 45 tahun lebih. Jumlah siswa yang sedang mengenyam pendidikan SMAGER saat ini sebanyak 1.000 lebih. Secara agama yang dianut siswa, dari ribuan siswa ini, tercatat sekitar 980 lebih atau sekitar 99 persen lebih tercatat menganut agama Katolik, dan sianya siswa beragama Islam dan Kristen Protestan.
Meskipun secara agama sekolah milik Keuskupan Ruteng ini didominasi siswa beragama Katolik, namun pihak sekolah selama ini merawat praktik positif moderasi dan toleransi beragama yang sangat bagus.
Salah satu hal positif yang dilakukan lembaga pendidikan ini dengan memberikan ruang kepada siswa dari setiap agama untuk memimpin doa sesuai agama dan keyakinnan mereka di hadapan para siswa dan guru yang nota bene mayoritas beragama Katolik secara bergilir.