Ketika Pasutri Difabel di Sikka Berjuang Menghidupi 6 Anaknya di Masa Pandemi Covid-19, Seorang di Antaranya Suster

Oleh Walburgus Abulat (Wartawan Pojokbebas.com)

Mengakhiri khobatnya Romo Laurens nyampaikan tiga pesan pesan bagi Forsadika.

Pertama, bergembira dan berdamailah dengan diri kita apa adanya.Pembedaan fisik bukan berarti penciptaan kelas,bahwa difabel adalah kelompok orang kelas dua yang tak mempunyai harapan.”Kami ada kita setara” adalah moto kita bersama sebagai saudara dan sahabat yang diikat oleh cintakasih.Sebab semua kita adalah makhluk Imago Dei…Kita adalah gambaran Allah yang setara dan semartabat. Gembiralah dengan diri kita dan hidup kita.Jangan pernah berpikir susah dengan diri sendiri,nanti tambah susah.

Kedua, apa pun keadaan fisik yang kita miliki,percayalah,Tuhan tetap memakai kita dengan bakat,karunia dan talenta untuk dikembangkan melalui pelatihan-pelatihan untuk memiliki skill yang berdaya saing dan bermental wirausaha yang berkwalitas. Anda bisa…karena anda mau bisa dan pasti bisa. Kalian tetap menjadi orang-orang kepercayaan Tuhan sebagai tanda kegembiraan dan harapan.

Ketiga, kita adalah orang—orang yang disebut cacat fisik…tetapi tidak boleh pernah cacat hati,moral dan iman. Sebab cacat fisik lebih baik dari pada cacat hati,cacat moral dan cacat iman. “Proficiat Forsadika HUT ke 3.Tuhan setia dan penuh kasih.Amin,” kata Romo Laurens.

BACA JUGA:
Tinggi, Minat Baca Buku Siswi SMP Negeri 1 Maumere di Masa Pandemi Covid-19
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More