Ketika Pasutri Difabel di Sikka Berjuang Menghidupi 6 Anaknya di Masa Pandemi Covid-19, Seorang di Antaranya Suster
Oleh Walburgus Abulat (Wartawan Pojokbebas.com)
Gereja Menyambut Difabel
Sementara Pastor Paroki Santo Thomas Morus, RD Laurens Noi yang juga Pastor Kuasi Gereja Santo Gabriel Waioti dalam khotbahnya saat memimpin misa syukuran HUT ke-3 Forsadika antara lain mengutip Perikope Markus Bab 9 ayat 37 yang berbunyi “Barang siapa menyambut seorang anak seperti ini dalam namaKu, ia menyambut Aku. Dan Barang siapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku”.
Romo Laurens menggarisbawahi bahwa menjadi pemimpin berarti menjadi pelayan. Yesus berkata: “Jika seorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.”
Menurut Romo Laurens, menjadi pelayan berarti siap terbuka bagi setiap orang yang datang dan menyambutnya dengan hati penuh kasih. “Sebab menjadi orang besar bisa saja hanya terbatas menyambut orang ‘besar’. Karena bisa menguntungkan.Tetapi menjadi pelayan, termasuk anak kecil kita menyambutnya,” katanya.
Hari ini, lanjut Romo Laurens, Gereja menyambut ‘anak kecil’ dalam misa Kudus. “Anak kecil ialah kaum difabel yang bergabung di wadah Forsadika.Gereja Katolik adalah Gereja yang terbuka menyambut ‘anak kecil’. Sebab dengan menyambut anak kecil, kita menyambut Yesus bersama Dia yang mengutusNya,” kata Romo Laurens.