Ketika Menara Lonceng Santo Yohanes Paulus II Bakal Perkuat Toleransi Agama di Kabupaten Sikka

Oleh Walburgus Abulat (Pegiat Literasi)

Hari ini dalam momen penuh cinta ini, lanjut Uskup Edwaldus, kita hendak mengenang nilai-nilai kemanusiaan yang amat sangat kuat diikat oleh sejarah kehadiran pertama kali Paus di tanah kita ini, di Gelora Samador ini.

Uskup Edwaldus menyebut ada tiga pokok pikiran yang sekiranya boleh menjadi inspirasi dalam kegiatan peletakkan batu pertama pembangunan menara lonceng Yohanes Paulus II pada hari ini.

Pertama, tempat ini-Gelora Samador, menjadi tanah berkat untuk begitu banyak kesempatan baik dalam perayaan iman keagamaan maupun dalam perayaan sosial kemasyarakatan. Ia tidak saja sekadar sebuah materi fisik berupa sebuah lahan luas yang kita sebut lapangan, tapi ia adalah simbol penting dari sebuah keyakinan, keberanian dan optimisme dalam hidup masyarakat Nian Tana Sikka. Ketika sudut pandang ini yang kita letakkan pada pikiran kita, maka hal ini  Gelora Samador  telah menjadi simbol kebangkitan dari keterpurukan, simbol cahaya dalam kegelapan dan simbol kekuatan cinta dalam badai kebencian dan banalitas budaya kematian.

BACA JUGA:
Saat Lantunan Lagu “Maumere Manise” dan Musik Kampung Sikka Menggema Hingga Ke Filipina dan Laos di Ajang Menoken Regional Youth Summit Asia Pasifik
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More