Ketika Doa Umat Saat Misa Akbar Dipimpin Paus Fransiskus di GBK Didaraskan Dalam Bahasa Manggarai
Oleh Walburgus Abulat ( Jurnalis, Penulis Buku, dan Anggota Biro Komsos Keuskupan Maumere
Hemat saya, dalam kondisi ada pengakuan dari negara lain, termasuk Sri Paus Fransiskus yang mengagumi praktik keberagaman, termasuk keberagaman agama di Indonesia, maka sudah seharusnya/necesarius semua elemen bangsa, termasuk tokoh dan pemimpin agama untuk tidak merusak citra bangsa yang berBhineka Tunggal Ika dengan memenjarakan sesama dengan tindakan melarang umat agama tertentu untuk melakukan ibadat dan atau melarang mendirikan rumah ibadat yang kasusnya ganti hari ganti gemala di beberapa daerah di Indonesia belakangan ini.
Pengakuan Sri Paus yang mengagumi keberagaman di Indonesia sarat makna. Di antaranya keberagaman bukan sekadar soal pilihan tetapi lebih dari itu adalah soal kualitas diri dan kemanusiaan yang melampaui relasi yang ditakar dari sisi suku, agama, ras dan golongan.
Relasi ini adalah sesuatu yang hakiki, yang tidak dapat diganggugugat oleh siapa pun, termasuk petinggi negara dan bangsa mana pun. Konsekuensi dari pemikiran ini adalah agama, dan kemanusiaan dan segala implementasi konkretnya bukan “barang rebutan” yang dapat perjualbelikan atau dipropagandakan yang mengundang korban jiwa atau korban kekerasan, apa pun bentuknya.