Kita patut belajar untuk ikhlas kepada pemimpin (bupati) baru dan kebijakannya, jika kebijakannya tidak sejalan dengan keinginan dan harapan kita. Orientasi kebijakan publik, boleh disisipi aneka kepentingan terselubung lainnya oleh Bupati, tetapi tetap harus diarahkan untuk kemaslahatan rakyat banyak. Rakyat banyak tetap tidak boleh dikorbankan untuk kepentingan sang Bupati. Nepotisme, atau pengutamaan kerabat dan keluarga memang dilarang, tetapi berulang-ulang dilanggar. Jika itu dilakukan Bupati Thomas sekarang, patutkah kita “menelanjanginya” habis-habisan, padahal terhadap Bupati dan jabatan sebelumnya kita diamkan?
Kita patut prihatin atas fenomena itu, tetapi menghadapi Pilkada Serentak 2024, sudah adakah calon lain yang “bersih”, yang dipersiapkan untuk itu? Jika sekedar mengumbar emosi sesaat, adakah kita sedang mengumpulkan kesalahan untuk kepemimpinan periode berikut untuk Lembata yang lebih baik?
Penyesatan atas kebijakan, yang dilakukan orang pintar, atau orang yang menyebut dirinya pintar, adalah juga upaya yang patut disayangkan. Karena kepintaran digunakan untuk tujuan penyesatan.