
Kemenangan Rakyat (Memaknai Raihan Suara Terbanyak Prabowo-Gibran)
Oleh Dionisius Ngeta, S. Fil (Staf YASBIDA Maumere, Putera Bheda-Nangaroro-Nagekeo)
Kalah atau menang tidak abadi. Kalah dan menang bisa datang dan kemudian pergi. “Kalah jadi abu, menang jadi arang”, demikian pepata klasik.
Kandidat yang menjadikan kekalahan atau kemenangan sebagai tujuan, sesungguhnya ia sedang menjalani hidup yang palsu. Pemilu sejatinya bukanlah soal kalah atau menang.
Pemilu bukan perlombaan apalagi pertempuran. Pemilu bahkan hidup ini adalah sebuah pertandingan yang membutuhkan kebesaran hati dan kekuatan jiwa, mengutamakan kebersamaan di atas segalanya untuk sebuah bonum commune.
Kebesaran hati dan kekuatan jiwa selalu membuat kita melampaui kalah atau menang. Ia mampu melihat keadaan dengan jernih, tanpa ambisi, tanpa rasa takut karena bagaimana pun juga kita tetap bersama dan masyarakat-lah yang menang walaupun memiliki pilihan yang berbeda. Nilai kebersamaan tak pernah berakhir, melampaui menang atau kalah.
Tak perlu takut saat masyarakat lebih memandatkan hak dan kedaultannya kepada yang bukan pilihan kita. Tapi tak perlu sombong atau “tidak perlu jumawa” demikian Parbowo saat pidato, ketika masyarakat lebih memandatkan suara dan kedaulatannya dan memenangkan kandidat jagoan kita.