Kekufuran Pendidikan (Merenungkan Ultah PGRI ke-79 dan HGN ke-30)

Oleh Fardinandus Erikson (Peminat Karya Pendidikan)

Makanya tidak mengherankan lagi keberanian dan kenekatan pelajar menentang guru, melawan guruatau sebaliknya siswa menjadi “korban” seorang Guru adalah imbas dari telah matinya nilai-nilai kebaikan.Nilai kebaikan adalah prinsip-prinsip yang mendorong individu untuk bertindak dengan cara yang memperbaiki hubungan antarindividu dan masyarakat. Nilai-nilai ini meliputi kejujuran, keadilan, kasih sayang, tanggung jawab, dan lain-lain. Dalam banyak tradisi moral dan agama, nilai kebaikan dianggap sebagai fondasi untuk kehidupan yang harmonis, adil, dan bermakna. Menerapkan nilai-nilai ini dalam kehidupan sehari-hari membantu menciptakan lingkungan yang penuh dengan kebaikan, solidaritas, dan kesejahteraan.

  1. Jean-Jacques Rousseau dan Pendidikan Alam

Jean-Jacques Rousseau, dalam bukunya “Emile, or On Education,” menekankan bahwa pendidikan harus disesuaikan dengan perkembangan alami anak, dan bahwa sistem pendidikan yang terlalu menekan atau merusak sifat alami individu akan menciptakan ketidakbahagiaan dan kebingungan. Dalam konteks ini, kekufuran pendidikan menurut Rousseau bisa dipahami sebagai suatu sistem pendidikan yang melanggar kebebasan alamiah individu, dengan membentuk mereka menjadi bagian dari sistem yang mengekang, korup, atau penuh dengan dogma tanpa dasar yang benar.

  1. John Dewey dan Pendidikan Demokratis

Seorang filsuf pragmatis dan pendidik, percaya bahwa pendidikan adalah alat utama untuk menciptakan masyarakat yang demokratis dan berfungsi dengan baik. Dewey berargumen bahwa pendidikan harus melibatkan pengalaman nyata, pemikiran kritis, dan diskusi terbuka. Kekufuran pendidikan dalam pandangan Dewey bisa berarti suatu sistem pendidikan yang mengabaikan pengembangan berpikir kritis dan partisipasi aktif dalam kehidupan sosial, serta lebih fokus pada pengajaran yang mekanis dan terputus dari kehidupan sehari-hari.

  1. Paulo Freire dan Pendidikan Pembebasan
BACA JUGA:
Merayakan Keberagaman Sebagai Penghormatan Terhadap Hak Asasi Manusia

Paulo Freire, dalam karyanya “Pedagogy of the Oppressed,” berfokus pada pendidikan sebagai alat pembebasan sosial. Ia menentang sistem pendidikan yang memisahkan pelajar dari kesadaran kritis terhadap ketidakadilan sosial dan ketimpangan. Freire mengkritik sistem pendidikan tradisional yang bersifat otoriter dan tidak mendorong dialog yang terbuka dan refleksi kritis. Kekufuran pendidikan, menurut Freire, adalah sistem pendidikan yang memperbudak pikiran, menindas individu, dan tidak memberikan kesempatan untuk pemahaman atau perubahan sosial yang mendalam.

  1. Immanuel Kant dan Pendidikan untuk Otonomi

Immanuel Kant menekankan bahwa pendidikan harus memungkinkan individu untuk menjadi otonom, berpikir secara rasional, dan bertindak sesuai dengan moralitas universal. Kekufuran pendidikan, dalam pandangan Kant, adalah ketika pendidikan tidak mengembangkan kapasitas individu untuk berpikir secara mandiri dan moral, melainkan mengarahkan mereka untuk tunduk pada otoritas eksternal atau memenuhi tujuan yang tidak sesuai dengan kebebasan dan moralitas individu.

Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More