Kehormatan Lebih Penting dari Sekadar Fatamorgana Kekuasaan (Mencermati Leadership Style Presiden Jokowi)

Oleh Dionisius Ngeta, S.Fil, Warga RT/RW 018/005 Kel. Wuring Kec. Alok Barat, Kab. Sikka

Wacana jabatan presiden tiga periode kurang lebih bergulir dan mengemuka sebanyak empat kali selama periode kedua pemerintahan Presiden Jokowi. Respon Jokowi terhadap wacana itu pun tidak berubah. Jokowi bukan hanya konsisten dan taat terhadap konstitusi dan aspirasi rakyat. Tapi dia tidak mau menampar mukanya sendiri sebagai kepala negara dan pemerintah. “Kalau ada yang usulkan itu, ada tiga (motif) menurut saya, ingin menampar muka saya, ingin cari muka, atau ingin menjerumuskan. Itu saja,” kata Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, 2 Desember 2019 (Kompas.com – 29/08/2022, 10:52 WIB).

Menampar muka saya”, adalah hal yang pertama dikatakan Presiden Jokowi selain berkaitan dengan konsistensi sikap terhadap konstitusi dan tidak mau terjerumus. Baginya, muka, wajah adalah symbol kehormatan, kewibawaan, harga diri atau marwah yang harus dijaga sebagai kepala negara dan pemerintahan yang dipercayakan masyarakat. Dan hal itu adalah segala-galanya bagi dia. Kendati mungkin bisa dilakukan jika ada niat. Hitung-hitungan politik, Pemerintahan Jokowi menguasai mayoritas fraksi di Parlemen dan MPR. Amandemen terhadap undang-undang mungkin bisa dilakukan jika ada kemauan atau niat agar kenikmatan kekuasaan dan jabatan lebih lama digenggam dan dirasakan.

BACA JUGA:
Tendensi  Korupsi di Tengah Pandemi Covi-19
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More