Kehidupan dan Misi Paus Fransiskus: Panggilan untuk Belas Kasihan dan Keadilan Sosial
Oleh: Pascual Semaun, SVD, Misionaris Indonesia di Paraguay-Amerika Latin
Ketika Paus Fransiskus berbicara tentang pentingnya seorang gembala yang “berbau domba”, saya merasakan panggilan yang mendalam—sebuah seruan yang ditujukan bukan hanya kepada para imam, melainkan kepada seluruh umat Gereja—untuk hadir, hidup, dan berbagi bersama mereka yang kerap terpinggirkan: kaum miskin, para migran, dan mereka yang terluka oleh kehidupan.
Penghormatannya terhadap peran perempuan, khususnya melalui kisah para wanita Paraguay yang dengan keberanian membangun kembali bangsa mereka dari reruntuhan perang, mencerminkan bahwa ia bukan sekadar menyuarakan kepedulian, melainkan juga menelisik kedalaman sejarah dan membangkitkan keberanian profetik—sebuah keberanian yang acap kali terlupakan dalam narasi besar umat manusia.
Belas Kasihan sebagai Inti Pelayanan
Bagi Paus Fransiskus, belas kasihan bukanlah sekadar kebajikan yang manis terdengar dalam liturgi atau kata yang menghangatkan hati dalam doa; belas kasihan adalah jantung misi, denyut hidup Injil itu sendiri. Ketika ia menyatakan bahwa “nama Tuhan adalah belas kasihan”, bagi saya itu bukan sekadar ungkapan rohani, melainkan seruan yang menggugah kesadaran moral Gereja dan dunia.