Kita bisa membaca hasilnya dalam label produk yang lengkap dengan persentase senyawa kimia yang dianggap bermanfaat buat tubuh.
Makin jelas dan lengkap informasi itu, makin bereputasi pula suatu produk. Untuk mendapatkan deskripsi itu, perusahaan makanan terkemuka memiliki Research and Development yang amat tangguh.
Divisi itu acapkali tidak hanya ditopang oleh para peneliti hebat lulusan universitas top dunia, tetapi juga diembel-embeli dengan kehadiran nama-nama beken yang merupakan profesor rujukan dengan status sebagai fellow, board adhoc, adviser, dan seterusnya.
Namun bisnis makanan barangkali memandang penelitian dari dapur sendiri tidak cukup independen. Mereka membutuhkan legitimasi masyarakat ilmiah yang dipandang lebih independen sebagai dalih memenuhi syarat obyektivitas.
Strategi ini melibatkan kampus-kampus bereputasi. Tahun 2016, Kristin Kearns dkk mempublikasikan laporan mereka mengenai indikasi hubungan antara kepentingan industri gula dan Departemen Nutrisi
Kesehatan Publik Universitas Harvard dalam suatu publikasi ilmiah tahun 1967. Dalam publikasi itu, para peneliti sama sekali tidak menyebutkan gula, tetapi lemak sebagai sumber utama masalah jantung.