
Kaum Muda dan Mahasiswa di Antara Corong Aspirasi Rakyat dan Hegemoni Kekuasaan
Oleh Walburgus Abulat: Kolumnis, Penulis Buku Karya Kemanusiaan Tidak Boleh Mati, dan Aktivis Kemanusiaan Lintas Agama
Meskipun demikian, fakta berbicara lain. Fakta ini terlihat dari adanya hegemoni kekuasaan yang menyetir seluruh situasi perjuangan mahasiswa.
Hegemoni kekuasaan dalam ziarah bangsa ini nampak dalam fenomena menjamurnya dominasi yang dilakukan oleh satu kelompok, entitas atau negara atas kelompok lain, bukan hanya melalui kekerasan fisik, tetapi juga melalui pengaruh idiologis, budaya, dan persuasi untuk memelihara kepentingan dan nilai-nilainya sendiri sehingga menanamkan kesadaran konsensual di kalangan yang didominasi.
Akibatnya, perjuangan mahasiswa dimanipulasi oleh ‘tangan-tangan ajaib’, yang pada akhirnya mahasiswa tetap merunduk tanpa bentuk di bawah elit kekuasaan. Dalam keterjepitan situasi ini, mahasiswa harus menerima beberapa kebijakan yang diturunkan oleh pemerintah berkuasa seperti membekukan kegiatan Dewan Mahasiswa dan Perguruan Tinggi (SK Kopkamtib No.Skep/02/Kopkam/1978) dan Normalisasi Kehidupan Kampus (SK Menteri P & K No. 0156/U/1978).
Keputusan dan kebijakan Pemerintah ini memunculkan beberapa persoalan baru yang harus diterima para mahasiswa. Persoalan itu antara lain berupa penjinakan dan pengontrolan terhadap setiap aktivitas perjuangan mahasiswa serta legitimasi tindakan skorsing dan pemecatan bagi para aktivis mahasiswa yang dianggap bergerak di luar ketentuan dan rambu-rambu pemerintah.
