Jurnalis Warga untuk Pemilu Inklusif, dari Nian Tana Sikka untuk Indonesia
Oleh Yulius Regang (Koordinator Jurnalis Warga-Pena Inklusi)
Keenam, Aksesibilitas bagi difabel dan lansia. Tempat Pemungutan Suara jauh dari jangkauan kelompok difabel dan lansia terutama di daerah-daerah di luar kota dan TPS yang dibuat, belum ramah terhadap difabel dan lansia.
Inilah masalah-masalah kunci yang menghambat kelompok rentan untuk berpartisipasi dalam hajatan demokrasi lima tahunan. Suara-suara kelompok rentan ini hendaknya diperhatikan dan dipertimbangkan dalam menempuh langkah-langkah strategis demi kebaikan Bersama.
Peran JurnalisWarga
Secara gamblang, peran JurnalisWarga untuk Pemilu Inklusif, sudah disentil pada bagian awal dari tulisan ini. Namun Jurnalis Warga yang tergabung dalam Pena Inklusi (Pensil) sadar bahwa peran Jurnalis Warga untuk mendukung pemilu 2024 yang inklusif dibatasi ruang dan waktu. Dan perlu diketahui bahwa Jurnalis Warga tidak sama dengan Jurnalis profesional, walau area perjuangannya sama menghasilkan karya-karya jurnalistik.
Jurnalis Warga yang terdiri dari Difabel, LGBT, dan Generasi Milenial, memposisikan diri sebagai mediator yang menjembatani antara kelompok rentan yang satu dan kelompok rentan yang lain. Menyebarluaskan informasi, melakukan edukasi dan sosialisasi tentang pemilu kepada Difabel, LGBT, generasi milenial, kelompok yang suaranya tidak di dengar, Masyarakat Adat dan kelompok perempuan melalui karya-karya jurnalistik.