Jurnalis Warga untuk Pemilu Inklusif, dari Nian Tana Sikka untuk Indonesia
Oleh Yulius Regang (Koordinator Jurnalis Warga-Pena Inklusi)
Problemnya, kelompok rentan seperti, Difabel, LGBT, Lansia, dan generasi milenial, Masyarakat Adat dan Perempuan kurang berperan dalam menyalurkan hak-hak politiknya saat pemilu. Hal ini dipicu oleh beberapa faktor antara lain:
Pertama, Menguatnya stigma dan diskriminasi terhadap kelompok difabel dan LGBT. Khusus bagi kelompok yang sudah mengidentifikasikan diri sebagaiTranspuan. Kelompok ini tidak mau menyalurkan hak politiknya saat pemilu, karena identitas kependudukan terutama nama tidak sesuai dengan nama yang diinginkan. KelompokTranspuan merasa tidak nyaman Ketika nama yang terdaftar sebagai pemilih masih menggunakan nama baptis.
Kedua, Minimnya dukungan keluarga terhadap kelompok Difabel, LGBT dan Lansia, untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan public termasuk Pemilu.
Ketiga, masih ada Difabel, generasi milenial dan LGBT yang belum memiliki dokumen kependudukan terutama KPT.
Keempat, Difabel dan LGBT tidak atau belum terdaftar sebagai pemilih dalam pemilu.
Kelima, Minimnya sosialisasi tentang pemilu kepada generasi milenial dan kelompok rentan lainnya. Generasi milenial tidak peduli dengan urusan politik, karena tidak menguntungkan bagi mereka.