Jokowi Dibombardir, Adakah Abuse of Power?

 Oleh Dionisius Ngeta, Warga RT 018 RW 005 Kel. Wuring Alok Barat

Orang yang berkata kalem: “Mau gugat saya di WTO, gugatlah!” gara-gara program hilirisasi, dilabelisasi sebagai “kacang lupa kulit” alias pengkhianat kepada partai yang berdarah-darah membesarkannya. Dia yang ambil alih pengelolaan Blok Rokan dan Blok Mahakam dan membereskan mafia migas dengan bubarkan Petral, dicap sedang melanggengkan kekuasaan dan melenggangkan putera mahkotanya. Pilihan KIM atas Gibran Rakabuming Raka seakan menegaskan apa yang dikatakan Franklin D. Roosevelt bahwa tidak ada yang terjadi secara kebetulan dalam politik, bahwa hal itu direncanakan.

Presiden yang paling sering blusukan ke berbagai daerah dengan antusiasme warga tak tertertandingkan dicap menghalalkan segala cara dan melabrak etika. Program unggulan Hilirisasi sebagai symbol kedaulatan energi dan IKN sebagai symbol pemerataan kesejahteraan dan keadilan seakan tak berdaya dan hilang-lenyap di hadapan narasi pengkhianatan dan haus kekuasaan. Pasangan Prawabowo-Gibran pilihan KIM menui kontroversi. Bahkan mungkin kontra produktif yang memerlukan klarifikasi dan stretegi komunikasi publik tim koalisi.

BACA JUGA:
Sarkastis Komunikasi di Ruang Publik (Berkaca Pada Dinamika Sidang Paripurna DPRD Sikka)
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More