”Jas Merah” Dari Soekarno: Penguatan Pendidikan Karakter Anak
Oleh: P. Yosep Bala Makin, SVD. Penulis adalah Pastor Paroki St. Yusuf Raba-Bima
Karena itu, kita boleh menelusuri makna yang lebih luas dari kata ’meninggalkan’ yang merupakan kategori kata verbia (kata kerja) adalah membiarkan tinggal, menyisakan. Artian yang lebih sederhana adalah masih diingat baik walaupun sedikit dan tak lengkap. Masih tersisa kemauan baik untuk kembali melihat supaya diingat dalam pikiran; memori kita disegarkan dan diingatkan kembali terhadap segala peristiwa yang telah lewat.
Masing-masing dua contoh kalimat berikut sekadar untuk membandingkan makna kata ’melupakan’ dan ’meninggalkan’ dalam penggunaan dan pemahaman:
- Rina berusaha melupakan kejadian yang telah menyakitkan hatinya.
- Semua anaknya melupakan orang tuanya dengan pergi menjauh dari mereka.
Dua kalimat di atas sebagai contoh penggunaan untuk kata ’melupakan’ yang sering digunakan seolah-olah bersinonim dengan kata ’meninggalkan’ yang dimengerti dalam ungkapan Ir. Soekarno. Kata ’melupakan’ tidak dituturkan oleh Ir. Soekarno tetapi dimengerti seolah-olah itu keluar dari mulut Soekarno. Dua contoh di atas untuk kata ’melupakan’ adalah adanya pengalaman yang menyakitkan yang tidak boleh diingat atau terulang lagi. Harus dihapus dari ingatan. Jangan diingat lagi. Kalimat kedua adalah contoh untuk anak durhaka karena telah menunjukkan perilaku dan perbuatan yang tidak terpuji. Anak-anak tidak mengakui kerberadaan orang tua yang sebenarnya juga tidak mengakui keberadannya sendiri. Maka bisa tercipta peribahasa berikut: Pelanduk melupakan jerat, tetapi jerat tak melupakan pelanduk, artinya orang yang berutang biasanya mudah lupa akan yang berpiutang, sebaliknya yang berpiutang tidak lupa akan orang yang berutang kepadanya atau sudah lupa akan bahaya, tetapi sebenarnya bahaya masih tetap mengancam. Mayang menolak seludang: Melupakan orang yang telah memelihara sejak kecil.