Kebenaran itu absolut. Dia tidak boleh dimanipulasi oleh kehendak buruk pada diri manusia. Jika kebenaran dimanipulasi dan direkayasa oleh kehendak buruk manusia, maka yang buruk adalah kehendak manusiawinya, bukan kebenaran. Di sini, dapat dikatakan bahwa karena kehendak buruk manusia, berarti martabat, peradaban dan moralitas manusia yang berkehendak buruk menjadi buruk.
Apapun dalam realitas, kedudukan manusia adalah subyek bukan obyek. Dengan kata lain, manusia sebagai subyek ditandai dengan kesadaran diri yang menyadari eksistensinya, mampu “menterjemahkan” apa yang ada di luar dirinya, mampu membedakan apa yang baik (bonum) dan buruk (malum) di dalam dan di luar dirinya, mampu berefleksi, mampu berpikir serentak sadar akan buah pemikirannya. Tetapi secara kosmik, manusia adalah bagian dari alam realitas. Maka, adalah benar bahwa manusia juga dapat menimba kekuatan kebenaran melalui keteraturan kosmik. Dari sini, manusia belajar menata keteraturan hidup bagaimana membingkai hidupnya secara teratur dalam prinsip – prinsip pendidikan nilai : keadilan, perdamaian, cinta, kejujuran, solidaritas dan soliditas, fraternitas ( persaudaraan ) yang bermuara pada spirit kebenaran.